Hajar Aswad seakan menjadi salah satu tempat dan tujuan setiap muslim yang harus diupayakan bagaimanapun caranya, namun tidak sedikit yang gagal untuk mencium Hajar Aswad. Mengapa karena mereka saling dorong, berdesak-desakan saling berebut menuju satu titik di sisi Ka'bah tempat Hajar Aswad berada, tidak jarang ada juga jamaah yang terpaksa berteriak histeris karena terjepit jamaah yang lainnya.
Jika kita melihat dari televisi tampak Jutaan umat muslim yang melakukan tawaf mengelilingi Ka'bah dan sebagian lagi berusaha untuk mencium rukun yamani, mencium Hajar Aswad, sebagian ada yang berdoa di antara Hajar Aswad dan Sisi pertama pintu Ka'bah yaitu yang disebut area Multazam kemudian ada juga sebagian yang sholat di Hijir Ismail.
Saat ini saya sedang melaksanakan umroh bersama Putra saya yang kedua yang bernama Satria Dananjaya Sigalayan. Kami berada di Madinah 3 hari yang lalu dan hari ini adalah hari ketiga dari waktu 4 hari di Mekah.
Hari pertama saya selalu bersama dengan Satria untuk melakukan shalat fardhu dan sholat-sholat sunnah lainnya, namun pada hari kedua hingga sholat dzuhur siang ini, Satria memilih untuk menyendiri melakukan salat fardu dan shalat sunnah lainnya, namun tanpa saya sadari Satria melakukan ibadah di lantai 2 atau kadang-kadang di lantai 3 dengan mengambil posisi di arah Multazam yaitu area di antara lampu hijau yang segaris dengan Hajar Aswad dan Sisi pertama pintu Ka'bah. Ini adalah salah satu tempat mustajab untuk berdoa yang ada di Masjidil Haram.
Ternyata selama 2 hari ini Satria juga memperhatikan Bagaimana sebagian besar orang berlomba-lomba untuk untuk mencium Hajar Aswad. Siang tadi tepat pukul 14.45 WAS Satria mengajak saya menuju Masjidil Haram dengan satu tekad ingin mencium Hajar Aswad, sholat di Hijir Ismail, dan mencium rukun yamani serta mencium dinding Ka'bah. Saya menyarankan untuk tidak mencium Hajar Aswad karena tidak mungkin bagi seorang penderita hemofilia harus berdesak-desakan, dorong-dorongan bahkan sampai terinjak kakinya atau tersikut, dan resiko paling fatal adalah terjatuh di sekitar area desak-desakan. Bagi orang normal mencium Hajar Aswad adalah perjuangan yang sangat berat dan tidak mudah, tidak jarang yang kemudian harus keluar dari kerumunan karena merasa tidak mampu lagi untuk menembus kerumunan orang yang ingin mencium Hajar Aswad.
Namun Satria bilang tenang aja Pah, Insya Allah kita dapat menciumnya. Ikuti alurnya saja pah, kita ikut dulu berputar mengitari Ka'bah sambil merapat ke dinding Ka'bah hingga adzan ashar dikumandangkan. Kita cium dulu rukun Yamani dan alhamdulillah kami berhasil. Selanjutnya kami menyisir dinding Ka'bah antara rukun yamani dan Hajar Aswad kami mencium dinding Ka'bah cukup lama bergeser sedikit demi sedikit menuju Hajar Aswad. Dan alhamdulillah kami dapat mencapai posisi lebih kurang 2 m dari Hajar Aswad dan saat itu para Askar Masjidil Haram menghentikan kerumunan orang yang berada di sekitar Hajar Aswad dan memerintahkan mereka untuk membuat shaf shalat ashar.
Saya dan Satria adalah satu dari beberapa orang yang tidak diminta untuk membuat shaf shalat ashar, tetapi kami diminta untuk membuat shaf satu jalur untuk secara bergilir mencium Hajar Aswad. Alhamdulillah Subhanallah rupanya inilah proses yang dipelajari Satria selama 2 hari ini dari area Multazam di lantai 2 dan lantai 3 Masjidil Haram. Yaitu proses jeda diantara adzan dan iqamah saat dimana para jamaah diminta untuk membuat shaf dan secara bergantian diberikan kesempatan secara leluasa guna mencium Hajar Aswad. Subhanallah akhirnya dengan berurai air mata rasa haru, dan rasa syukur bercampur jadi satu, Allah Subhanallahu Wa Ta'ala memberikan kepada kami kesempatan mencium Hajar Aswad tanpa harus berdesak-desakan, saling dorong, dan saling menekan satu sama yang lainnya hingga harus terhimpit di tengah lautan manusia. Kami cukup menunggu antrian untuk mencium Hajar Aswad secara leluasa dengan dijaga para Askar, subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar. Kami lanjut sholat hajat di Hijir Ismail.
27 April 2018 pukul 22.16 WAS
Salam,