Multazam merupakan dinding Ka'bah yang terletak di antara Hajar Aswad dengan pintu Ka'bah. Tempat ini merupakan tempat utama dalam berdoa, yang dipergunakan oleh jama'ah Haji dan Umroh untuk berdoa/ bermunajat kepada Allah SWT setelah selesai melakukan Tawaf. Rasulullah SAW bersabda, "Antara Rukun Hajar Aswad dan Pintu Ka'bah, yang disebut Multazam. Tidak seorangpun hamba Allah yang berdoa di tempat ini tanpa terkabul permintaannya"
Kamis, September 03, 2009
Muzdalifah, Persinggahan Syukur
Muzdalifah adalah sebuah tempat yang terletak sekitar delapan kilometer dari Arafah ke arah Mina. Dalam ibadah haji, Muzdalifah memiliki arti sangat penting. Di tempat inilah, para jamaah singgah usai wukuf di Arafah. Mabit (bermalam) dan mengumpulkan batu-batu kecil untuk melempar jumrah adalah kegiatan utama para jamaah dalam persinggahan di Muzdalifah.
Dalam satu riwayat diceritakan, Muzdalifah adalah tempat persinggahan Rasullulah dalam perjalanan dari Arafah ke Mina. Di tempat ini sesudah tengah malam, Rasullulah mendirikan shalat sunah dua rakaat. Untuk menghayati sunah Rasullulah itulah setiap jamaah haji diwajibkan untuk bermalam di Muzdalifah.
Mabit di Muzdalifat adalah kesempatan bagi para jamaah untuk menginsyahfi diri, bersyukur dan berdzikir kepada Allah SWT. Bila ditamsilkan, Arafah adalah tempat manusia menimba pengalaman dan ilmu yang melibatkan hubungan sesama manusia, maka Muzdalifah adalah tempat untuk menyematkan segala pengetahuan dan pengalaman di Arafah ke dalam lubuk jiwa dan hati. "Saat-saat inilah seorang hamba dianjurkan bermunajat kepada Allah SWT." Waktu yang baik untuk menengadahkan hati kita di Muzdalifah adalah sesudah tengah malam.
Masa persinggahan di Muzdalifah bisa juga bermakna betapa pentingnya jeda (break) dalam aktifitas manusia menuju akhir perjalanan yang ditujunya. Walau Allah SWT telah menegaskan manusia adalah makhluk yang penuh kemuliaan dibanding ciptaan Allah SWT lainnya, namun manusia tetaplah zat yang penuh keterbatasan.
Perjalanan dari Arafah menuju Mina adalah perjalanan manusia meraih kebahagiaan duniawi. Di tengah-tengah proses itu, manusia tidak boleh lupa bersyukur atas berkah kehidupan yang indah ini. " Allah SWT tidak melarang manusia mengejar kebahagiaan duniawi, namun sesungguhnya kebahagiaan ukhrawi di akhirat kelak adalah yang utama."
Persinggahan di Muzdalifah seharusnya disadari para jamaah haji betapa kecilnya manusia di hadapan Allah SWT. Selama di Muzdalifah, jamaah diperintahkan berada di luar kendaraan untuk mencari batu-batu kecil. Batu-batu itu adalah simbol bahwa manusia perlu modal dan usaha untuk melanjutkan kehidupan. Lihat juga Blog rekan Saya Ir. H. Mohamad Adriyanto, MSM yang menulis tentang pengalamannya di Muzdalifah saat menunaikan ibadah Haji tahun 2008. Klik disini.
Sumber : Majalah Haji Indonesia 1428 H, Republika - Depag RI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar