Sabtu, September 05, 2009

Sholat Sunnah, Baca Qur'an, Dzikir, Berdoa


Tidak sedikit yang bertanya "Ngapain lagi ya". Kalimat ini sesekali menyelinap dihati kita baik saat berada di Madinah maupun di Makkah. Kalimat yang sering kali terlontar baik saat kita menunaikan rangkaian ibadah Haji/umroh maupun disaat kita berada di Masjid Nabawi ataupun Masjidil Haram.

Berikut tips penting yang dapat membantu :

Sangat penting bagi jamaah haji untuk membaca dan "mempelajari" berulang-ulang dengan sangat serius 3 buku hijau yang dibagikan oleh Departemen Agama RI yaitu (1). Buku Panduan Perjalanan Haji. (2). Buku Bimbingan Manasik Haji. (3). Buku Hikmah Ibadah Haji.

Mengikuti Rangkaian Manasik Haji baik yang diselenggarakan Depag maupun KBIH. Dengan membaca dan mempelajari ke tiga buku dimaksud, InsyaAllah pemahaman akan semakin baik saat melakukan Manasik Haji terlebih saat pelaksanaan Haji/Umroh.

Selalu ingat untuk melaksanakan berbagai amalan sholat sunnah baik sebelum maupun sesudah sholat Fardlu. Sholat-sholat tersebut antara lain : Sholat Sunah Tahiyyatul Masjid, Sholat Sunah Rawatib, Sholat Subnah Dhuha, Sholat Sunah Tahajjud, Sholat Sunah Taubat, Sholat Sunah Tasbih, Sholat Sunah Hajat. Selalu lakukan dan lakukan.

Selalu diusahakan untuk Baca Al-Qur'an, kalaupun belum bisa baca Al-Qur'an maka mulailah dari saat ini untuk mempelajarinya. InsyaAllah dengan adanya niat yang sangat kuat Allah SWT akan memberikan kemudahan untuk cepat bisa baca Al-Qur'an. Kalaupun belum bisa jangan sia-siakan waktu kita disana, tetaplah membaca Al-Qur'an meskipun hanya baca artinya.

Manfaatkan waktu luang dengan Berdzikir, berdoa dan Instropeksi diri. (Bawa buku-buku Dzikir dan Doa).

Semoga bermanfaat. Lihat juga blog rekan saya Ir. H. Mohamad Adriyanto, MSM, Sholat Dhuha di Tanah Suci. klik disini

Jumat, September 04, 2009

Wukuf, Tamsil Penghisapan Manusia


Secara bahasa Wukuf artinya Berhenti, berdiam diri atau jeda. Wukuf di Padang Arafah merupakan salah satu Rukun terpenting dari rangkaian ibadah haji. Semua jamaah haji diwajibkan berdiam di padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah hingga terbit fajar pada 10 Dzulhijjah atau Hari Raya Idhul Adha.

Wukuf merupakan ibadah unik. Keunikannya adalah tidak disyaratkan mesti suci dari hadas bagi semua Muslim yang melakukannya, baik laki-laki maupun perempuan.

Wukuf adalah ibaah puncak dari keseluruhan ritual haji. Sangat vitalnya Wkuf dalam ibadah haji menunjukkan betapa wukuf memiliki makna substansial penuh pelajaran.

Kehadiran jamaah haji di Padang arafah yang tidak bersyarat terhindar dari hadas mempunyai makna semua manusia dari segala golongan nantinya akan berkumpul di Padang Mahsyar saat hari perhitungan (hisab).

Berkumpulnya jamaah di satu lokasi khusus memang sarat dengan simbol-simbol terkait dengan kehidupan manusia. Wukuf adalah refleksi dari pusaran hidup manusia. Arafah menjadi tamsil bahwa nantinya seluruh manusia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-An'am (6) ayat 51, ayat ini mengandung pengertian, semua manusia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia.

Wukuf mengajarkan setiap Muslim bahwa Allah SWT tidak lalai dan lengah terhadap perbuatan sekecil biji zarrah atau hanya berupa pikiran dan niat dalam hati. Semua terpantau dan tercatat jelas dengan keagungan Allah SWT.

Wukuf merupakan peringatan bagi manusia bahwa Allah SWT adalah tempat kembali semua makhluk pada hari kiamat. Pada hari itu, seluruh hukum dan aturan yang dibuat manusia tidak berlaku kecuali hukum Allah SWT. "Dan dengan hukum inilah Allah SWT membuat perhitungan".

Berdiam diri saat wukuf bukan berarti tidak melakukan apa-apa tanpa makna. Justru saat-saat hening dan tenang hendaknya diisi dengan dzikir, berdoa dan instropeksi diri.

Bagi mereka yang sebelum berhaji masih dilingkupi dengan aktifitas tercela, prosesi wukuf sangat baik untuk dikenang sebagai pengingat kalau Allah SWT pasti melimpahkan rahmat atas perilaku baik manusia dan menurunkan hukuman akibat kelakuan buruk manusia sendiri.

Intinya, Allah SWT tidak memerlukan apa-apa dari kita para hambanya. Kitalah yang harus menunjukkan rasa syukur atas berkah kehidupan yang mulia ini.

Kamis, September 03, 2009

Muzdalifah, Persinggahan Syukur


Muzdalifah adalah sebuah tempat yang terletak sekitar delapan kilometer dari Arafah ke arah Mina. Dalam ibadah haji, Muzdalifah memiliki arti sangat penting. Di tempat inilah, para jamaah singgah usai wukuf di Arafah. Mabit (bermalam) dan mengumpulkan batu-batu kecil untuk melempar jumrah adalah kegiatan utama para jamaah dalam persinggahan di Muzdalifah.

Dalam satu riwayat diceritakan, Muzdalifah adalah tempat persinggahan Rasullulah dalam perjalanan dari Arafah ke Mina. Di tempat ini sesudah tengah malam, Rasullulah mendirikan shalat sunah dua rakaat. Untuk menghayati sunah Rasullulah itulah setiap jamaah haji diwajibkan untuk bermalam di Muzdalifah.

Mabit di Muzdalifat adalah kesempatan bagi para jamaah untuk menginsyahfi diri, bersyukur dan berdzikir kepada Allah SWT. Bila ditamsilkan, Arafah adalah tempat manusia menimba pengalaman dan ilmu yang melibatkan hubungan sesama manusia, maka Muzdalifah adalah tempat untuk menyematkan segala pengetahuan dan pengalaman di Arafah ke dalam lubuk jiwa dan hati. "Saat-saat inilah seorang hamba dianjurkan bermunajat kepada Allah SWT." Waktu yang baik untuk menengadahkan hati kita di Muzdalifah adalah sesudah tengah malam.

Masa persinggahan di Muzdalifah bisa juga bermakna betapa pentingnya jeda (break) dalam aktifitas manusia menuju akhir perjalanan yang ditujunya. Walau Allah SWT telah menegaskan manusia adalah makhluk yang penuh kemuliaan dibanding ciptaan Allah SWT lainnya, namun manusia tetaplah zat yang penuh keterbatasan.

Perjalanan dari Arafah menuju Mina adalah perjalanan manusia meraih kebahagiaan duniawi. Di tengah-tengah proses itu, manusia tidak boleh lupa bersyukur atas berkah kehidupan yang indah ini. " Allah SWT tidak melarang manusia mengejar kebahagiaan duniawi, namun sesungguhnya kebahagiaan ukhrawi di akhirat kelak adalah yang utama."

Persinggahan di Muzdalifah seharusnya disadari para jamaah haji betapa kecilnya manusia di hadapan Allah SWT. Selama di Muzdalifah, jamaah diperintahkan berada di luar kendaraan untuk mencari batu-batu kecil. Batu-batu itu adalah simbol bahwa manusia perlu modal dan usaha untuk melanjutkan kehidupan. Lihat juga Blog rekan Saya Ir. H. Mohamad Adriyanto, MSM yang menulis tentang pengalamannya di Muzdalifah saat menunaikan ibadah Haji tahun 2008. Klik disini.

Sumber : Majalah Haji Indonesia 1428 H, Republika - Depag RI