Selasa, September 30, 2008

Menara Masjid Nabawi

Kesempatan menjadi sangat luar biasa, ketika sampai di Madinah dalam keadaan sehat. Tak terasa lagi penat selama dalam perjalanan dari tanah air. Kantuk tiba-tiba hilang tergantikan oleh energi yang begitu dahsyat saat kita melihat menara-menara Masjid Nabawi. Tidak sabar ingin rasanya bergegas menuju Masjid Nabawi dan segera berziarah ke Makam Rasullulah SAW.


Setelah tiba di hotel dan rehat sejenak kamipun segera mandi dan tepat pukul 02.00 WAS kamipun menuju ke Masjid Nabawi dalam kelompok-kelompok regu yang dipimpin oleh Ketua TPHI kami Bpk. Drs. H. Hasan Aidil dan Ketua Kloter kami Bpk. H. Amin. Tak terasa air mata menetes deras, Subhanallah, engkau beri kesempatan hambamu ini untuk dapat berziarah ke makam Rasullulah, engkau ringankan langkah kami ke Masjid Nabawi untuk dapat bersujud kepadaMU Allah Robbil Allamin.

Sesampainya di halaman Masjid Nabawi kulakukan sujud syukur atas segala karunia, kesehatan, iman dan kesempatan yang telah Allah berikan. Kepadatan Masjid Nabawi masih cukup lenggang sehingga kamipun masih mendapatkan tempat di lantai 1. Kepadatan ini semakin tinggi dari hari ke hari. Berdasarkan pengalaman selama melakukan Shalat Arbain di Masjid Nabawi sebaiknya Jama’ah sudah menuju masjid 2 jam sebelum shalat fardhu. Dengan demikian kita akan mendapatkan kesempatan untuk shalat di dalam Masjid dan mendekati Raudah.

Jangan tidak percaya selama kita berada di Masjid Nabawi dan di Raudah, terlalu sering rasa haru itu muncul tiba-tiba, kala mendengar Adzan, lantunan surah-surah yang dibaca saat shalat, kala melihat masjid dan makam Rasullulah, kala merasakan terpaan angin madinah, kala sendiri, kala berjamaah, kala berdoa, bahkan kala menikmati ramainya suasana.

Hampir disetiap waktu, saat azan tiba ramai orang berbondong-bondong, bergegas, berlari, berlomba cepat datang menuju kumandang panggilan mu’azin Masjid Nabawi. Semua terlihat antusias, bersemangat dan khusyuk juga tertib meski pelataran dan jalan penuh digunakan untuk sholat.

Jama’ah perempuan dan laki-laki terpisah baik tempat maupun pintu masuk dan keluarnya. Jama’ah perempuan diperkenankan memasuki empat pintu di depan sebelah kanan masjid, sedangkan laki-laki di pintu utama dan kiri masjid. Di setiap pintu akan ada tiga hingga empat askar (polisi masjid). Petugas akan memeriksa setiap benda (tas) yang dibawa oleh jama’ah dan memeriksa badan anda. Sebaiknya memang tidak membawa handphone berkamera dan kamera. Jika kedapatan oleh petugas akan diminta atau anda tidak diperkenankan masuk ke dalam masjid. Penjagaan terlihat lebih ketat di bagian jama’ah perempuan.

Petugas keamanan Masjid berseragam layaknya polisi untuk laki-laki dan yang perempuan tertutup rapat oleh jubah hitam hingga menyentuh lantai, mereka tegas, bersarung tangan hitam, kedua matanya pun nyaris tak terlihat karena tertutup juga oleh kain hitam. Di dalam masjid tersebar juga petugas keamanan, mereka akan menertibkan jamaah, mengatur shaf sholat, juga sesekali mengamati bawaan jamaah.

Di dalam Masjid tersedia banyak sekali Al-Qur’an, hampir disetiap tiang Masjid tersedia Al-Qur’an yang tersusun rapi di rak-rak, tidak jauh terlihat juga tempat penyimpanan sandal para jama’ah yang tersebar hampir disetiap shaf. Dikiri kanan koridor jalan tersedia cukup banyak air Zam-zam dalam gentong-gentong, ada yang dingin dan ada juga yang tidak.

Petugas kebersihan berseragam hijau tersebar cukup banyak untuk membersihkan dalam dan luar masjid, mereka sangat sigap dan tertib. Untuk di Masjid ini mereka juga bertugas mengisi ulang air zam-zam dalam gentong-gentong. Merurut informasi air zam-zam ini diambil dari sumur zam-zam di Masjidil Haram.

Tidak ada komentar: