Senin, Agustus 31, 2009

Jumrah, Melempar Bujuk Rayu Setan


Melempar Jumrah Aqabah pada 10 Dzulhijjah, dilanjutkan dengan melempar ketiga jumrah pada hari tasyrik (11-13 Dzulhijjah) adalah tahapan berikutnya dalam berhaji setelah singgah di Muzdalifah. Selain Jumrah Aqobah, dua Jumrah yang lain adalah Jumrah Ula dan Wustha. Masing-masing harus dilempar dengan tujuh buah batu kecil yang dibawa dari Muzdalifah.

Melempar ketiga jumrah adalah simbolisasi perjuangan Nabi Ibrahim AS yang mendapatkan gangguan iblis ketika hendak melaksanakan perintah Allah SWT yakni menyembelih putranya, Ismail. Kesal diganggu terus-menerus, Nabi Ibrahim pun melempari iblis dengan batu berulang kali. Tak mampu menggoda sang ayah, iblis berpaling kepada Ismail dan menggodanya agar mengingkari perintah Allah SWT.

Ismail bergeming. Iblis pun melancarkan bujuk rayunya kepada Siti Hajar, ibunda Ismail. Lagi-lagi upaya itu sia-sia karena ketiga manusia pilihan ini lebih menyakini kebenaran dan kebesaran Allah SWT. Merekapun tetap melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih Ismail.

Benarlah, saat Ibrahim menggerakkan tangan bersiap menyembelih Ismail, Allah pun mengganti Ismail dengan seekor domba. Ketiga insan mulia inipun sujud sebagai tanda syukur dan kepasrahan kepada Allah SWT.

Pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail dalam menanti perintah Allah SWT inilah yang perlu diambil pelajaran oleh para jamaah haji dan seluruh umat Islam. Melempar jumrah hendaknya dibarengi dengan penghayatan peristiwa penyembelihan Ismail. Dalam kehidupan sehari-hari iblis disimbolkan dengan jumrah memang harus selalu dilawan. Caranya, berusahalah selalu untuk mengeyahkan bujuk rayu iblis yang menyesatkan. Kerahkan segala kekuatan (disimbolkan dengan batu) untuk mengusir godaan setan itu.

Melempar batu ke arah jumrah juga ibarat membuang syahwat dan nafsu duniawi yang ada dalam diri manusia. "Tujuannya, agar manusia dapat menempuh jalan menuju cahaya Allah SWT dengan penuh ketaqwaan." Hikmah lainnya, pengaruh sesat iblis memang harus dihilangkan dari dalam diri manusia.

Kuncinya, berusaha sekuat tenaga untuk menjaga kesucian rohani dari penyakit-penyakit hati.

Semangat melontar jumrah sebada dengan amalan kurban, yang juga merupakan perintah dalam rangkaian ibadah haji. Secara harfiah kurban berarti dekat. Kurban merupakan puncak perayaan haji dengan menyembelih hewan (domba, kambing, unta atau sapi) sebagai upaya taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Ritual ini dilakukan setelah shalat Idul Adha.

Kurban merupakan simbol untuk menghilangkan nafsu kebinatangan dalam diri manusia. Egoisme, hilangnya rasa kemamanusiaan, dan tindakan amoral merupakan kumpula sifat "kebinatangan" dalam diri manusia yang wajib dibuang layaknya batu yang dilempar ke arah jumrah.

Sumber : Majalah Haji Indonesia 1428 H, Republika - Depag RI

Rencana Perjalanan Haji Tahun 1430 H/ 2009 M

Rencana perjalanan haji tahun 1430 H (Berdasarkan kalender Ummul Quro Arab Saudi)Masa pemberangkatan/pemulangan 30 hari. Sumber informasi : Departemen Agama RI, Klik disini



Tahalul, Kembali Bersih


Dalam konteks sosial, tahalul mengandung makna pembersihan diri, penghapusan cara-cara berfikir yang kotor. Layaknya semua peristiwa, ibadah hajipun memiliki awal dan akhir. Bila mengenakan pakaian ihram dari miqat adalah momentum untuk mengawali ibadah ini, maka tahalul adalah mengakhiri ihram yang ditandai mencukur rambut. Sesudah tahalul dan segala rukun serta wajib haji disempurnakan, maka hendaklah setiap jamaah haji bermohon kepada Allah SWT agar menerima haji mereka.

Tahalul artinya membebaskan diri dari segala larangan saat berihram. Apabila manusia bertaubat, melakukan ketaatan melalui ibadah haji dan mengenali hakikat diri, maka jadilah manusia itu seperti bayi yang baru dilahirkan dan bersih dari segala dosa.

Dalam konteks sosial tahalul mempunyai maknapembersihan diri, penghapusan cara-cara berfikir yang kotor. Karena itu, jamaah haji yang telah bertahalul mestinya memiliki cara berfikir dan pandangan hidup yang bersih, baik serta tidak menyimpang dari etika dan norma sosial maupun agama. Jamaah haji yang berhasil mengubah pola pikir, sikap dan perilakunya tentu akan mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan orang lain.

Sebaiknya, muslim yang telah melaksanakan ibadah haji namun tetap memiliki sifat dan perilaku tercela, maka dapat dikatakan dia adalah jamaah yang merugi. Orang seperti ini tidak mendapatkan makna paling esensial ibadah haji. "Karena haji itu sesungguhnya diperuntukkan bagi sesama manusia dengan cara selalu menjaga, menghormati, menghargai serta saling menjunjung tinggi martabat manusia."

Seperti apa gambaran seorang muslim yang berhasil memetik hikmah utama ibadaha haji ?

Pertama,
Seorang haji harus bersikap wara' atau menjaga diri dari yang diharamkan Allah SWT.

Kedua,
Bersikap sabar dan dapat meredam amarah betapapun tingginya frekuensi peristiwa yang memancing emosi seorang haji.

Ketiga,
Sikap yang tak kalah penting adalah mampu bergaul baik dengan sesama manusia dan saudara-saudara Muslim lainnya.

"Apabila semua sikap ini bisa dijaga selamanya setelah seorang Muslim selesai melaksanakan haji, tentu predikat haji mabrur yang menjadi idaman semua Muslim akan diraih dengan mulia."

Sumber :
Majalah Haji Indonesia1428 H, Republika - Depag RI

Minggu, Agustus 30, 2009

Sejarah Masjid Nabawi

Masjid Nabawi didirikan pada tahun 1 Hijriyah atau bertepatan pada bulan September 662 Masehi. Saat membangun Masjid ini, Nabi sendiri yang meletakkan batu pertamanya. Sementara batu ke dua, ketiga, keempat dan kelima masing-masing diletakkan oleh sahabat Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali. Selanjutnya pembangunan dikerjakan secara gotong royong sampai selesai.

Jangan bayangkan, Masjid Nabawi saat itu sudah semegah saat ini. Tiang-tiangnya saja masih terbuat dari batang kurma, atap dari pelepah daun kurma, dan halaman ditutup dengan batu-batu kecil. Sementara kiblat menghadap Baitul Maqdis karena waktu itu perintah Allah untuk berkiblat ke Ka'bah belum turun. Masjid Nabawi kala itu tampil sangat bersahaja tanpa hiasan, tanpa tikar, dan untuk penerangan di malam hari hanya menggunakan pelepah kurma yang kering dan dibakar.

Pada tahun ke 4 Hijriyah, masjid ini mengalami perbaikan untuk kali pertama. Lantai diperbaiki dengan lantai dari batu bata. Setelah itu, Masjid Nabawi berulang kali mengalami perbaikan dan perluasan.

Perbaikan paling signifikan terjadi pada tahun 1265 H pada masa pemerintahan Sultan Abdul Majid. Dalam pembangunan yang memakan waktu 12 tahun itu, dinding dan tiang-tiang masjid dipercantik dengan ukiran dan kaligrafi indah yang masih bisa disaksikan sampai sekarang.

Raja Fahd bin Abdul aziz juga turut andil dalam perluasan Masjid Nabawi. Alhasil, luas seluruh bangunan masjid sekarang ini menjadi 165.000 m2. Jumlah menarapun bertambah, dari semula empat buah menjadi 10 buah. Empat diantaranya mamiliki ketinggian 72 meter da enam lainnya setinggi 92 meter. Jumla pintu juga bertambah sehingga menjadi 95 buah. Maka, Masjid Nabawipun tampil megah, cantik dan menjadi kebanggaan umat Islam di seluruh dunia.

Sumber :
Majalah Haji Indonesia 1428 H, Republika - Departemen Agama RI

Masjid Nabawi, Masjid Nabi yang tak Pernah Sepi


Nabawi, demikian nama masjid ini. Berada di jantung kota Madinah, masjid ini menjadi tujuan para jemaah haji, selain Masjidil Haram tentunya. Shalat di Masjid Nabawi memiliki Nilai yang sangat tinggi. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW : " Shalat di Masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih utama 1000 kali dibanding shalat di Masjid lainnya, kecuali Masjidil Haram." (HR. Ahmad, Ibnu Huzaimah, dan Hakim). Karena itu, begitu tiba di Madinah, jemaah Haji disarankan untuk memperbanyak ibadah di Masjid ini.

Secara fisik, Masjid Nabawi adalah sebuah bangunan yang sangat megah dan cantik. Beberapa kubahnya bahkan bisa digeser sehingga kerap membuat heran jemaah yang baru shalat di sini. Tak hanya indah, masjid ini juga memiliki beberapa tempat favorit yang selalu "diburu" para jemaah. Tempat-tempat favorit itu antara lain : Raudhah dan Makam Rasullulah.

Makam Rasullulah terletak di dalam Masjid, tepatnya disebelah kiri mimbar, di bawah kubah hijau (green dome). Makam ini dikelilingi dinding dengan pintu berlapis emas. Nah, para askar selalu berjaga-jaga di depan pintu. Selain Makam Rasullulah, dalam ruangan ini terdapat pula dua makam Khulafaur Rasyidin yakni Abu Bakar Shiddiq dan Umar bin Khattab.

Memang, Ziarah ke makam Rasullulah tidak termasuk Rukun Ibadah Haji. Hanya saja, sayang sekali kalau kita sudah berada di Makkah, namun tidak menyempatkan diri datang ke Masjid Nabawi di Madinah, lalu berziarah ke makam Rasullulah.

Nah, tak jauh dari makam Rasullulah terdapat Raudhah. Raudhah artinya Taman. Disitulah dulu Nabi biasa membacakan wahyu dan mengajarkan Islam di depan para sahabat dekatnya. Mengingat besarnya makna tempat ini, Nabi pernah bersabda : " Antara kamarku dan Mimbarku terletak satu bagian dari taman surga."

Memahami sabda tersebut, sejumlah ulama menyakini, Raudhah adalah benar-benar sebagian dari taman surga yang ada di dunia ini. Ketika hari kiamat tiba, menurut para ulama itutempat ini akan dipindahkan oleh Allah ke Surga. Diyakini pula, Raudhah merupakan tempat yang sangat Mustajab untuk berdoa kepada Allah SWT. Mengingat hal ini, tidak mengherankan jika kini umat Islam dari seluruh penjuru dunia berebut untuk menikmati bagian dari taman surga itu. Akibatnya, tempat ini selalu penuh sesak.

Sumber :
Majalah Haji Indonesia 1428 H, Republika - Departemen Agama RI