Selasa, September 30, 2008

Sejarah Masjid Nabawi

Masjid Nabawi adalah salah satu masjid yang dibagun Rasulullah bersama sahabat dan kaum muslimin di pusat kota Madinah pada 662M, awal tahun 1 Hijrah (rasul Hijrah).

Sejarahnya, onta yang ditunggangi Rasulluluah dan sahabat berhenti, mogok tak mau berjalan tepat di depan rumah anak yatim Sahal dan Sahail. Karena itu, Rasulullah berinisiasi membeli tanah tersebut dan membangun masjid di sana, ditambah tanah wakaf As’ad bin Zurarah dan bekas tanah makam kaum muslimim yang rusak. Pada awalnya masjid itu hanya seluas 1.050m2. Kini kira-kira luasnya 98.000m2 dan dapat menampung 167.000 jama’ah atau lebih ditambah sekeliling pelataran masjid. Ada keutamaan shalat di masjid ini ”Satu kali shalat di masjidku ini (Nabawi) lebih utama dari pada 1000 kali shalat di tempat lainnya, kecuali Masjidil Haram (Mekkah). Dan satu kali shalat di Masjidil Haram itu lebih utama dari pada 100 kali shalat di masjidku ini (HR.Ahmad Ibnu Hibban).

Di bagian Masjid Nabawi terlihat kubah yang berwarna hijau (terlihat dari luar masjid) di sanalah lokasi Rasulullah Saw dimakamkan bersama sahabat Abu Bakar Siddiq ra. dan Umar Bin Khatab ra. dan di masjid ini terdapat tempat mustajab untuk berdoa yakni di Raudah.

Menara Masjid Nabawi

Kesempatan menjadi sangat luar biasa, ketika sampai di Madinah dalam keadaan sehat. Tak terasa lagi penat selama dalam perjalanan dari tanah air. Kantuk tiba-tiba hilang tergantikan oleh energi yang begitu dahsyat saat kita melihat menara-menara Masjid Nabawi. Tidak sabar ingin rasanya bergegas menuju Masjid Nabawi dan segera berziarah ke Makam Rasullulah SAW.


Setelah tiba di hotel dan rehat sejenak kamipun segera mandi dan tepat pukul 02.00 WAS kamipun menuju ke Masjid Nabawi dalam kelompok-kelompok regu yang dipimpin oleh Ketua TPHI kami Bpk. Drs. H. Hasan Aidil dan Ketua Kloter kami Bpk. H. Amin. Tak terasa air mata menetes deras, Subhanallah, engkau beri kesempatan hambamu ini untuk dapat berziarah ke makam Rasullulah, engkau ringankan langkah kami ke Masjid Nabawi untuk dapat bersujud kepadaMU Allah Robbil Allamin.

Sesampainya di halaman Masjid Nabawi kulakukan sujud syukur atas segala karunia, kesehatan, iman dan kesempatan yang telah Allah berikan. Kepadatan Masjid Nabawi masih cukup lenggang sehingga kamipun masih mendapatkan tempat di lantai 1. Kepadatan ini semakin tinggi dari hari ke hari. Berdasarkan pengalaman selama melakukan Shalat Arbain di Masjid Nabawi sebaiknya Jama’ah sudah menuju masjid 2 jam sebelum shalat fardhu. Dengan demikian kita akan mendapatkan kesempatan untuk shalat di dalam Masjid dan mendekati Raudah.

Jangan tidak percaya selama kita berada di Masjid Nabawi dan di Raudah, terlalu sering rasa haru itu muncul tiba-tiba, kala mendengar Adzan, lantunan surah-surah yang dibaca saat shalat, kala melihat masjid dan makam Rasullulah, kala merasakan terpaan angin madinah, kala sendiri, kala berjamaah, kala berdoa, bahkan kala menikmati ramainya suasana.

Hampir disetiap waktu, saat azan tiba ramai orang berbondong-bondong, bergegas, berlari, berlomba cepat datang menuju kumandang panggilan mu’azin Masjid Nabawi. Semua terlihat antusias, bersemangat dan khusyuk juga tertib meski pelataran dan jalan penuh digunakan untuk sholat.

Jama’ah perempuan dan laki-laki terpisah baik tempat maupun pintu masuk dan keluarnya. Jama’ah perempuan diperkenankan memasuki empat pintu di depan sebelah kanan masjid, sedangkan laki-laki di pintu utama dan kiri masjid. Di setiap pintu akan ada tiga hingga empat askar (polisi masjid). Petugas akan memeriksa setiap benda (tas) yang dibawa oleh jama’ah dan memeriksa badan anda. Sebaiknya memang tidak membawa handphone berkamera dan kamera. Jika kedapatan oleh petugas akan diminta atau anda tidak diperkenankan masuk ke dalam masjid. Penjagaan terlihat lebih ketat di bagian jama’ah perempuan.

Petugas keamanan Masjid berseragam layaknya polisi untuk laki-laki dan yang perempuan tertutup rapat oleh jubah hitam hingga menyentuh lantai, mereka tegas, bersarung tangan hitam, kedua matanya pun nyaris tak terlihat karena tertutup juga oleh kain hitam. Di dalam masjid tersebar juga petugas keamanan, mereka akan menertibkan jamaah, mengatur shaf sholat, juga sesekali mengamati bawaan jamaah.

Di dalam Masjid tersedia banyak sekali Al-Qur’an, hampir disetiap tiang Masjid tersedia Al-Qur’an yang tersusun rapi di rak-rak, tidak jauh terlihat juga tempat penyimpanan sandal para jama’ah yang tersebar hampir disetiap shaf. Dikiri kanan koridor jalan tersedia cukup banyak air Zam-zam dalam gentong-gentong, ada yang dingin dan ada juga yang tidak.

Petugas kebersihan berseragam hijau tersebar cukup banyak untuk membersihkan dalam dan luar masjid, mereka sangat sigap dan tertib. Untuk di Masjid ini mereka juga bertugas mengisi ulang air zam-zam dalam gentong-gentong. Merurut informasi air zam-zam ini diambil dari sumur zam-zam di Masjidil Haram.

Minggu, September 28, 2008

Perjalanan Jeddah - Madinah

Jarak Jeddah - Madinah +/- 450 km dan dapat ditempuh selama +/- 6 jam. Dengan menggunakan Bis para jama'ah diangkut menuju Madinah. Setiap Bis diisi oleh satu rombongan yang berjumlah +/- 45 orang. Dengan menggunakan jasa portier seluruh koper jama'ah diletakkan di atas bis, ditutup terpal dan diikat kuat. Untuk jasa ini dikenakan 1 real/orang.


Foto : Terminal Bis Indonesia di Bandara King Abdul Aziz Jeddah

Sebelum berangkat menuju Madinah seluruh paspor akan dikumpulkan oleh petugas (Mahasiswa Indonesia yang bekerja musiman), dicek lagi dan diserahkan kepada sopir bis. Sopir bis adalah tenaga musiman yang datang dari berbagai Negara, sopir kami adalah orang Banglades yang tidak bisa bahasa Inggris apalagi bahasa Indonesia. Untuk berkomunikasi kami dibantu oleh salah seorang Jama’ah yang hanya sedikit bisa bahasa Arab selebihnya kami pakai bahasa isyarat. Yang luar biasa sang sopir tidak hafal jalan menuju Madinah. Apalagi Saya selaku Ketua Rombongan. Dengan bahasa Isyarat saya selalu sarankan untuk singgah dan bertanya jalan menuju Madinah. Ketua Rombongan memang disediakan kursi disamping sopir, kalau di tanah air adalah kursi buat kernet bis. Kebingungan itu selalu berulang, kali ini dia mulai mematikan kipas angin, apa yang terjadi ? Ternyata kami baru paham setelah kawan kami dalam bahasa arab mencoba bertanya, kira-kira dalam bahasa Indonesianya “ada apa Pak Sopir”, dia jawab “Sedekah, sedekah, …., sambil menoleh kebelakang” barulah kami paham, Saya baru teringat pesan pembimbing haji kami Bpk. H. Qomaruddin, jangan lupa kasih tips buat sopir. Setelah berdiskusi dengan salah seorang Ketua Regu bergegas Saya umumkan dari pengeras suara untuk menyiapkan 2 real/orang, 1 real untuk sedekah ke sang sopir dan 1 real untuk persiapan bongkar barang di hotel. Tidak berselang lama, tiba-tiba AC (air conditioner) dihidupkan, haaaa…ternyata bisnya ber AC…, rupanya ini ujian selamat datang buat kami. Setelah itu urusan lancar, bis melaju kencang tanpa bingung lagi. Selama perjalanan kami melakukan shalat di atas Bis. Pemeriksaan paspor dilakukan sebanyak 3 kali yaitu saat keluar Jeddah, di perbatasan Jeddah Madinah dan saat masuk kota Madinah.

Foto : Terminal tempat pemeriksaan Paspor di Madinah

Di Madinah ini pemeriksaan paspor dilakukan +/- 1 jam di sebuah tempat mirip terminal (lebih tepat seperti lapangan parkir yang luas), prosesnya lama karena harus menunggu giliran pemeriksaan. Disana ada beberapa tenda petugas pemeriksa Paspor, juga terlihat 3 orang Mukimin Indonesia yang juga bertugas sebagai penterjemah sekaligus membagikan nasi kotak, jeruk dan minuman kepada para jama'ah di dalam bis, mereka adalah para Mahasiswa yang bekerja musiman selama musim haji. Ditempat ini sopir menyerahkan paspor kepada petugas untuk diperiksa kembali. Salah seorang petugas juga naik ke dalam bis untuk menghitung jumlah jama’ah.

Kami tiba di depan hotel pukul 23.43 WAS (Waktu Arab Saudi), diperlukan waktu +/- 1 jam mulai turun dari Bis hingga masuk kekamar hotel. Saat tiba di hotel rombongan tidak serta merta diperbolehkan turun dari Bis hanya Ketua Kloter, Ketua Rombongan dan Ketua Regu yang diperbolehkan turun untuk berkoordinasi dengan petugas hotel, menentukan dan mengatur kamar bagi para Jama’ah. Kebijakan ini sangat tepat karena jika seluruh jama’ah diperbolehkan turun dari bis sementara kunci dan kamar hotel belum ditentukan maka akan kacau dan prosesnya menjadi semakin lama. Disinilah peran Ketua Kloter, Ketua Rombongan dan Ketua Regu sangat penting. Setelah menerima kunci-kunci kamar maka secara bergilir Ketua Regu mengawal anggotanya untuk memasuki kamar. Gunakan Lift dan juga tangga darurat untuk menuju kamar sehingga tidak terjadi penumpukan di loby hotel. Pastikan Ketua Rombongan dan Ketua Regu tetap berada di loby hotel untuk mengawal koper saat diturunkan dari Bis hingga dibawaa ke kamar hotel. Bongkar muat ini dilakukan oleh para tenaga kerja (buruh) yang sudah siap di hotel, mereka adalah tenaga musiman yang datang dari berbagai Negara seperti Kuwait, Banglades, dan Syria. Upahnya sampai ke kamar hotel adalah 1 Real/orang. Jadi kalau dalam 1 regu ada 12 orang maka upahnya 12 Real. Demikian juga kalau memuat koper dari kamar hotel hingga penyusunan di atas bis. Setelah semua beres, kami mulai istirahat sejenak. Ada sisa waktu digunakan untuk rehat tanpa bisa/sempat memejamkan mata dan mulailah kami bergiliran untuk mandi. Tepat pukul 02.00 dinihari kami bersama-sama menuju Masjid Madinah untuk memulai shalat Arbain.

Foto : Suasana di dalam Bis

Foto : Ruas jalan Jeddah - Madinah


Rabu, September 24, 2008

Jabal Uhud

Jika kondisi memungkinkan maka Ziarah ke tempat-tempat bersejarah selama berada di Madinah akan dilakukan disela-sela waktu Arbain. Tempat-tempat tersebut antara lain Jabal Uhud, Makam Baqi, Masjid Quba, Masjid Qiblatain dan Kebun Kurma. Berikut sejarah Jabal Uhud dan beberapa foto rombongan kami saat berziarah ke Jabal Uhud dan Makam para Syuhada Uhud.

Rasulullah menempatkan pasukan Islam di kaki bukit Uhud di bagian barat. Tentara Islam berada dalam formasi yang kompak dengan panjang front kurang lebih 1.000 yard. Sayap kanan berada di kaki bukit Uhud sedangkan sayap kiri berada di kaki bukit Ainain (tinggi 40 kaki, panjang 500 kaki). Sayap kanan Muslim aman karena terlindungi oleh bukit Uhud, sedangkan sayap kiri berada dalam bahaya karena musuh bisa memutari bukit Ainain dan menyerang dari belakang, untuk mengatasi hal ini Rasulullah menempatkan 50 pemanah di Ainain dibawah pimpinan Abdullah bin Jubair dengan perintah yang sangat tegas dan jelas yaitu "Gunakan panahmu terhadap kavaleri musuh. Jauhkan kavaleri dari belakang kita. Selama kalian tetap di tempat, bagian belakang kita aman. jangan sekali-sekali kalian meninggalkan posisi ini. Jika kalian melihat kami menang, jangan bergabung; jika kalian melihat kami kalah, jangan datang untuk menolong kami."

Di belakang pasukan Islam terdapat 14 wanita yang bertugas memberi air bagi yang haus, membawa yang terluka keluar dari pertempuran, dan mengobati luka tersebut. Di antara wanita ini adalah Fatimah, putri Rasulullah yang juga istri Ali. Rasulullah sendiri berada di sayap kiri.

Posisi pasukan Islam bertujuan untuk mengeksploitasi kelebihan pasukan Islam yaitu keberanian dan keahlian bertempur. Selain itu juga meniadakan keuntungan musuh yaitu jumlah dan kavaleri (kuda pasukan Islam hanya 2, salah satunya milik Rasulullah). Abu Sufyan tentu lebih memilih pertempuran terbuka dimana dia bisa bermanuver ke bagian samping dan belakang tentara Islam dan mengerahkan seluruh tentaranya untuk mengepung pasukan tersebut. Tetapi Rasulullah menetralisir hal ini dan memaksa Abu Sufyan bertempur di front yang terbatas dimana infantri dan kavalerinya tidak terlalu berguna. Juga patut dicatat bahwa tentara Islam sebetulnya menghadap Madinah dan bagian belakangnya menghadap bukit Uhud, jalan ke Madinah terbuka bagi tentara kafir.

Tentara Quraish berkemah satu mil di selatan bukit Uhud. Abu Sufyan mengelompokkan pasukan ini menjadi infantri di bagian tengah dan dua sayap kavaleri di samping. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid dan sayap kiri dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahl, masing-masing berkekuatan 100 orang. Amr bin Al Aas ditunjuk sebagai panglima bagi kedua sayap tapi tugasnya terutama untuk koordinasi. Abu Sufyan juga menempatkan 100 pemanah di barisan terdepan. Bendera Quraish dibawa oleh Talha bin Abu Talha. (sumber : http://id.wikipedia.org)



Senin, September 22, 2008

Syarat, Rukun dan Wajib Haji

"Mengerjakan Haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. " (QS. Ali Imron : 97).

Sabda Rasullulah SAW, "Islam dibangun di atas lima kesaksian bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, haji ke Baitullah, dan puasa di bulan Ramadhan."

Haji dan Umrah diwajibkan kepada orang Muslim dengan syarat-syarat sebagai berikut :
  1. Islam.
  2. Akil Baligh (Dewasa).
  3. Aqil (Berakal).
  4. Waras
  5. Merdeka (Bukan Budak).
  6. Mampu, baik dalam hal biaya, kesehatan, keamanan dan nafkah bagi keluarga yang ditinggal berhaji
Rukun Haji adalah perbuatan-perbuatan yang wajib dilakukan dalam berhaji, Rukun Haji tersebut adalah :
  1. Ihram (Niat).
  2. Wukuf di Arafah.
  3. Thawah Ifadhah.
  4. Sai'
  5. Mencukur rambut di kepala atau memotongnya sebagian.
  6. Tertib.
Rukun Haji tersebut harus dilakukan secara berurutan dan menyeluruh, jika salah satu ditinggalkan maka hajinya tidak sah.

Wajib Haji :
  1. Memulai Ihram dari Miqat.
  2. Mabit di Muzdalifah.
  3. Mabit di Mina.
  4. Melontar Jumroh Ula, Wustho dan Aqhobah.
  5. Thawaf Wada'
Jika salah satu dari wajib haji ini ditinggalkan, maka hajinya tetap sah, namun harus membayar dam (denda).

Masjid Qishosh

Masjid Qishosh adalah sebuah masjid yang terletak di kota Jeddah , punya halaman cukup luas, khusus halaman yang ada di sebelah kanan masjid biasa dipergunakan untuk menempatkan orang-orang yang melakukan pelanggaran / kesalahan, bentuk hukuman dapat berupa hukuman cambuk maupun hukuman pancung sesuai kadar pelanggaran / kesalahan yang dilakukan oleh seseorang. Berikut foto-foto kami saat berziarah ke Masjid Qishosh.


Urutan Ibadah Haji (Bag. 2)

Bagi calon jama’ah haji yang tiba di Jeddah sesudah tanggal 25 Dzul Qo’dah (Gelombang II).

Di Jeddah.

Setelah sampai di Jeddah calon jama’ah menunggu waktu untuk diberangkatkan ke Mekkah.

Meninggalkan Jeddah.

  • Mandi dan mengenakan pakaian Ihram di Jeddah.
  • Shalat sunat Ihram dua rakaat.
  • Mulai umrah dengan mengucapkan niat.
  • Naik Kendaraan.
  • Menuju Mekkah dengan membaca Talbiyah.


Di Mekkah.

Masuk Mekkah

  1. Bersama-sama menuju Masjidil Haram dipimpin oleh Muthawwif.
  2. Masuk Masjidil Haram melewati Babussalam.
  3. Tawah.
  • Menuju Ka’bah kemudian berhenti di arah Hajar Aswad.
  • Menghadap ke Hajar Aswad dengan mengangkat tangan, mengecupnya dan berniat melakukan tawaf.
  • Berjalan melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah 7 kali dengan berdo’a.
  • Selesai tawaf berhenti di arah Multazam dan berdoa.

Selesai berdoa di Multazam :

  1. Menuju Makam Ibrahim untuk shalat sunat 2 raka’at dan berdoa.
  2. Menuju Hijir Ismail untuk shalat sunat 2 rakaat dan berdoa.
  3. Minum air Zam Zam dan berdoa.

Sa’i.

  1. Menuju bukit Shafa.
  2. Menghadap Ka’bah, mengangkat tangan dengan niat Sa’i.
  3. Berjalan diantara Shafa Marwah 7 kali bolak balik sambil berdo’a, mulai dari Shafa dan diakhiri di Marwah.
  4. Perjalanan Shafa – Marwah dihitung satu kali demikian pula sebaliknya. Setiap melewati antara 2 pilar hijau disunatkan berlari-lari kecil (bagi pria) dan berdo’a.
  5. Setelah selesai Sa’i di Marwah berdo’a menghadap Ka’bah.

Tahallul.

  1. Menggunting rambut kepala paling sedikit 3 helai.
  2. Dengan demikian selesailah umrah yang dimulai dari Jeddah.
  3. Dapat mulai membayar Dam.

Tinggal di Mekkah.

  1. Setelah selesai melakukan umrah sunnah, jama’ah tinggal di Mekkah menunggu sampai datangnya tanggal 8 Dzul Hijjah.
  2. Selama tinggal di Mekkah memperbanyak ibadah dengan melakukan :
  • Shalat Jama’ah di Masjidil Haram tiap waktu.
  • Tawaf Sunat
  • Berdiam di Masjid (I’tikaf)
  • Membaca Al-Qur’an
  • Umrah sunat dari Tan’im atau Ji’ranah.

Meninggalkan Mekkah.

Persiapan menuju Arafah (tanggal 8 Dzul Hijjah).

  • Mandi dan Berwudlu.
  • Berpakaian Ihram.
  • Shalat sunat ihram dua raka’at.
  • Mulai ibadah Haji dengan mengucap niat.

Sepanjang perjalanan ke Arafah mambaca Talbiyah.

Di Arafah.

Masuk Arafah.

  1. Bermalam di Arafah menunggu waktu Wuquf.
  2. Wuquf (Tanggal 9 Dzul Hijjah).
  • Mulai Wuquh dengan shalat Dzuhur dan Ashar dijama’ dan Qoshor, sebaiknya berjama’ah.
  • Memperbanyak ibadah antara lain : membaca doa Wuquf, membaca Al-Qur’an dan Berdzikir.
  • Bersiap-siap untuk mengakhiri Wuquf dan meninggalkan Arafah.
  • Setelah selesai shalat Maghrib dan Isya’ yang di Jama’ dan di Qoshor, naik kendaraan.
  • Mengakhiri Wukuf.

Di Mudzdalifah.

  • Mencari kerikil sebanyak 49 atau 70 butir.
  • Mabid (menunggu lewat tengah malam).

Di Mina.

  1. Selama di Mina kewajiban Jama’ah Haji adalah melontar jumrah.
  2. Pada tanggal 10 Dzul Hijjah hanya melontar Jumrah Aqobah saja lalu bertahallul awal dengan memotong rambut kepala paling sedikit 3 helai lalu berganti pakaian biasa.
  3. Dengan selesai tahallul awal ini maka seluruh larangan ihram telah gugur kecuali menggauli istri.
  4. Setelah tahallul awal kalau keadaan mengizinkan hendaklah pergi ke Mekkah untuk melakukan tawah ifadlah dan sa’i, tetapi harus kembali ke Mina sebelum terbenam matahari.
  5. Pada tanggal 11 dan 12 Dzul Hijjah melontar Jumrah ‘Ula, Wustho dan aqobah secara berurutan, kemudian kembali ke Mekkah. Itulah yang dinamakan Nafar Awal.
  6. Bagi jama’ah haji yang pada tanggal 13 Dzul Hijjah masih berada di Mina diharuskan melontar ketiga jumrah itu lagi, lalu kembali ke Mekkah. Itulah yang dinamakan Nafar Tsani.
  7. Bagi jama’ah haji yang belum membayar Dam hendaklah menunaikannya disini dan bagi yang mampu hendaklah memotong hewan kurban.

Kembali ke Mekkah.

  1. Menuju Masjidil Haram untuk melakukan Tawaf Ifadlah (Tawah Rukun) dan Sa’I, bagi yang belum melakukannya.
  2. Dengan selesainya Tawah Ifadlah dan Sa’i, maka selesailah pelaksanaan ibadah haji (Tahallul Tsani).

Tinggal di Mekkah.

  1. Menunggu keberangkatan ke Madina.
  2. Selama berada di Mekkah memperbanyak melakukan ibadah.

Menuju Madinah.

  • Sebelum menuju Madinah, supaya melakukan tawaf Wada’

Di Madinah.

Selama di Madinah mengerjakan :

  • Shalat Arbain (40 waktu) di Masjid Nabawi.
  • Ziarah ketempat-tempat bersejarah, bila keadaan memungkinkan.

Ziarah Wada' di Madinah :

  • Setelah tiba waktunya untuk meninggalkan Madinah (hari terakhir di Madinah) melakukan Ziarah wa’da ke makam Rasullulah SAW.

Minggu, September 21, 2008

Urutan Ibadah Haji (Bag. 1)

Kedatangan calon jama’ah haji Indonesia di Jeddah pada garis besarnya terjadi dalam dua gelombang yaitu :

Gelombang I, setelah tiba di Jeddah melanjutkan perjalanannya ke Madinah (yang tiba sebelum tanggal 25 Dzul Qo’dah).

Gelombang II, setelah tiba di Jeddah langsung ke Mekkah (yang tiba sesudah tanggal 25 Dzul qo’dah).

Sehubungan dengan hal tersebut maka uraian tertib kegiatan ibadah haji Tammatu’ bagi calon jama’ah haji terbagi atas dua urutan kegiatan yaitu yang tiba di Jeddah sebelum dan sesudah tanggal 25 Dzul Qo’dah.


Bagi calon jama’ah haji yang tiba di Jeddah sebelum tanggal 25 Dzul Qo’dah.

Di Jeddah.
Setelah sampai di Jeddah calon jama’ah menunggu waktu untuk diberangkatkan ke Madinah.

Di Madinah.
Selama di Madinah mengerjakan :
  • Shalat Arbain (40 waktu) di Masjid Nabawi.
  • Ziarah ketempat-tempat bersejarah, bila keadaan memungkinkan.
Hari terakhir di Madinah :
  • Ziarah wa’da ke makam Rasullulah SAW.
  • Mandi dan mengenakan pakaian ihram di pondokan.
  • Berangkat menuju Bir Ali.

Di Bir Ali
  • Shalat sunat ihram dua raka’at.
  • Mulai Umrah dan mengucapkan niat Umrah.
  • Melanjutkan perjalanan menuju Mekkah dengan memperbanyak talbiyah.

Di Mekkah.

Masuk Mekkah
  1. Bersama-sama menuju Masjidil Haram dipimpin oleh Muthawwif.
  2. Masuk Masjidil Haram melewati Babussalam.
  3. Tawaf.
  • Menuju Ka’bah kemudian berhenti di arah Hajar Aswad.
  • Menghadap ke Hajar Aswad dengan mengangkat tangan, mengecupnya dan berniat melakukan tawaf.
  • Berjalan melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah 7 kali dengan berdo’a.
  • Selesai tawaf berhenti di arah Multazam dan berdoa.
Setelah berdo'a di arah Multazam :
  1. Menuju Makam Ibrahim untuk shalat sunat 2 raka’at dan berdoa.
  2. Menuju Hijir Ismail untuk shalat sunat 2 rakaat dan berdoa.
  3. Minum air Zam Zam dan berdoa.
  4. Sa’i
  • Menuju bukit Shafa.
  • Menghadap Ka’bah, mengangkat tangan dengan niat Sa’i.
  • Berjalan diantara Shafa Marwah 7 kali bolak balik sambil berdo’a, mulai dari Shafa dan diakhiri di Marwah.
  • Perjalanan Shafa – Marwah dihitung satu kali demikian pula sebaliknya. Setiap melewati antara 2 pilar hijau disunatkan berlari-lari kecil (bagi pria) dan berdo’a.
  • Setelah selesai Sa’i di Marwah berdo’a menghadap Ka’bah.

Tahallul.
  • Menggunting rambut kepala paling sedikit 3 helai.
  • Dengan demikian selesailah umrah yang dimulai dari Bir Ali.
  • Dapat memulai membayar Dam.

Tinggal di Mekkah.
  1. Setelah selesai melakukan umrah sunnah, jama’ah tinggal di Mekkah menunggu sampai datangnya tanggal 8 Dzul Hijjah.
  2. Selama tinggal di Mekkah memperbanyak ibadah dengan melakukan :
  • Shalat Jama’ah di Masjidil Haram tiap waktu.
  • Tawaf Sunat
  • Berdiam di Masjid (I’tikaf)
  • Membaca Al-Qur’an
  • Umrah sunat dari Tan’im atau Ji’ranah.

Meninggalkan Mekkah.
1. Persiapan menuju Arafah (tanggal 8 Dzul Hijjah) dengan melakukan
  • Mandi dan Berwudlu.
  • Berpakaian Ihram.
  • Shalat sunat ihram dua raka’at.
  • Mulai ibadah Haji dengan mengucap niat.
2. Sepanjang perjalanan mambaca Talbiyah.

Di Arafah.

Masuk Arafah.

Bermalam di Arafah menunggu waktu Wuquf.

Wuquf (Tanggal 9 Dzul Hijjah).
  1. Mulai Wuquh dengan shalat Dzuhur dan Ashar dijama’ dan Qoshor, sebaiknya berjama’ah.
  2. Memperbanyak ibadah antara lain : membaca doa Wuquf, membaca Al-Qur’an dan Berdzikir.
  3. Bersiap-siap untuk mengakhiri Wuquf dan meninggalkan Arafah.
  4. Setelah selesai shalat Maghrib dan Isya’ yang di Jama’ dan di Qoshor, naik kendaraan.
  5. Mengakhiri Wukuf.

Di Mudzdalifah.
  1. Mencari kerikil sebanyak 49 atau 70 butir.
  2. Mabid (menunggu lewat tengah malam).

Di Mina.
  1. Selama di Mina kewajiban Jama’ah Haji adalah melontar.
  2. Pada tanggal 10 Dzul Hijjah hanya melontar Jumrah Aqobah saja lalu bertahallul awal dengan memotong rambut kepala paling sedikit 3 helai lalu berganti pakaian biasa.
  3. Dengan selesai tahallul awal ini maka seluruh larangan ihram telah gugur kecuali menggauli istri.
  4. Setelah tahallul awal kalau keadaan mengizinkan boleh pergi ke Mekkah untuk melakukan tawah ifadlah dan sa’i sebelum terbenam Matahari, tetapi harus kembali ke Mina.
  5. Pada tanggal 11 dan 12 Dzul Hijjah melontar Jumrah ‘Ula, Wustho dan aqobah secara berurutan, kemudian kembali ke Mekkah. Itulah yang dinamakan Nafar Awal. Bagi jama’ah haji yang pada tanggal 13 Dzul Hijjah masih berada di Mina diharuskan melontar ketiga jumrah itu lagi, lalu kembali ke Mekkah. Itulah yang dinamakan nafar Tsani.

Kembali ke Mekkah.
  1. Menuju Masjidil Haram untuk melakukan Tawaf Ifadlah (Tawah Rukun) dan Sa’I, bagi yang belum melakukannya.
  2. Dengan selesainya Tawah Ifadlah dan Sa’i, maka selesailah pelaksanaan ibadah haji (Tahallul Tsani).
  3. Pada hari terakhir di Mekkah sebelum berangkat ke Jeddah agar melakukan Tawah Wada’ (Tawah Perpisahan).

Tempat Mustajab Berdoa

Diriwayatkan dari Al Hasan bahwasannya tempat-tempat berdoa yang Istijabah (Maqbul) di Mekkah ada 15 tempat.

1. Di sekitar tempat Tawaf
2. Di Multazam
3. Di bawah Pancuran/Talang Emas/Hijir Ismail
4. Di dalam Ka'bah
5. Di sekitar sumur Zam Zam
6. Di Sofa
7. Di Marwah
8. Di sepanjang jalur Sa'i
9. Di belakang Makam Ibrahim
10. Di Arafah
11. Di Muzdalifah
12. Di Mina
13. Di sekitar Jumrah Ula
14. Di sekitar Jumrah Wusta
15. Di Sekitar Jumrah Aqobah

Diriwayatkan pula selain Al Hasan bahwasannya berdoa yang mustajab yaitu :

16. Di sekitar Hajar Aswad
17. Di sekitar dinding Ka'bah

Tempat-tempat yang Mustajab di Madinah yaitu :

1. Di Raudah
2. Di Masjid Quba

Jumat, September 19, 2008

Syukuran Haji

Syukuran sebagai rasa Syukur atas segala Rahmat dan KaruniaNYA umumnya dilakukan oleh calon Jemaah Haji menjelang keberangkatan ke Tanah Suci dan saat kembali dari Tanah Suci. Bermacam-macam cara dilakukan oleh calon Jemaah, ada yang besar-besaran dengan mendirikan tenda dan berlangsung beberapa hari, ada yang dengan menyumbang/makan bersama di Panti Asuhan, ada juga yang mengundang kerabat dekat saja atau temen-temen Jamaah Mushola. Dalam posisi ini terpenting kita harus tetap menjaga diri untuk tidak "Riya" (InsyaAllah).

Berikut beberapa foto kawan-kawan Jemaah Mushola Al-Hijrah yang hadir dalam Syukuran Haji tahun 2007 di rumah tempat Saya tinggal. Dalam kesempatan seperti ini mereka saling bercerita tentang pengalaman menunaikan rukun islam ke 5, berbagai pengalaman bahkan tips-tips penting kita dapatkan dalam kesempatan ini. InsyaAllah momentum ini akan semakin menambah kemantapan kita dan juga kawan-kawan yang sudah atau belum berniat Haji untuk lebih menebalkan keyakinan untuk menunaikan rukun islam ke 5 (Amien Ya Robbal Al-lamin). Demikian juga saat kepulangan dari Tanah Suci, cerita terkini tentang Tanah Haram sangatlah mereka nantikan sebagai sebuah bentuk kerinduan. (Subhanallah)


Kamis, September 18, 2008

Latihan Fisik

Latihan Fisik bagi calon Jemaah Haji/Umroh umumnya dilakukan 2 bulan menjelang keberangkatan Haji. Periode waktu ini sebenarnya terlalu singkat untuk melatih daya tahan tubuh, persendian dan otot-otot. Sebaiknya persiapan fisik dilakukan jauh hari sebelumnya melalui olah raga rutin dan teratur.

Saya mendapatkan informasi bahwa Jemaah Haji Turkie melakukan persiapan sejak 5 tahun sebelum keberangkatan. Dalam usia rata-rata diatas 50 tahun mereka terlihat lebih gesit dan kuat. Jalannyapun lebih cepat dibanding Saya. Sepertinya mereka tidak pernah lelah. Lain lagi cerita dari Malaysia, disana rata-rata mereka melakukan persiapan 1-3 tahun sebelum keberangkatan. Selama periode itu Jemaah Malaysia "digembleng" untuk melakukan manasik.

Latihan Fisik ini disamping bertujuan untuk melatih daya tahan tubuh dan sendi gerak juga untuk melatih metabolisme tubuh kita, mengatur waktu kencing, waktu BAB dan juga kentut. Coba saja yang jarang olah raga, jalan sedikit saja pasti kentut. Gimana kalau kita sebentar-sebentar kentut, maka kita harus wudlu lagi.
Sementara kita harus tetap dalam keadaan suci. Tempat wudlu (air zam-zam) di Masjidil Haram antara lain terdapat didekat pelataran Ka'bah lurus Makam Ibrahim. Juga terdapat di luar Masjid yang letaknya cukup jauh, kita harus melewati kepadatan jemaah untuk bisa keluar Masjid, untuk menuju tempat berwudlu ini memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk kembali ketempat semula biasanya tidak mudah, terpaksa kita sholat di halaman Masjid atau naik ke Lantai 2 atau 3 Masjidil Haram yang biasanya juga sangat padat.

Latihan fisik selama di Tanah Air dimaksudkan juga agar selama menunaikan ibadah Haji badan kita tidak mudah loyo. Karena kondisi fisik baik saat di Madinah maupun di Makkah harus Prima. Karena selama periode Haji di samping kita melaksanakan Rukun dan Wajib Haji juga melakukan kegiatan-kegiatan seperti Sholat Arbain, sholat-sholat sunnah, berziarah ketempat-tempat bersejarah, dzikir, mengaji baik saat di Masjid Nabawi Madinah maupun saat di Masjidil Haram. Kalau badan kita tidak fit/prima atau bahkan jatuh sakit karena kecapekan maka sungguh sangat disayangkan. Belum lagi jika kita harus berjalan kaki dari dan ketempat pemondokan. Pengalaman kami setiap hari kami pergi ke Masjid pada pukul 02.00 waktu makkah, jadi tidur kami rata-rata hanya 3 - 4 jam/hari. Jangan abaikan Latihan Fisik sebelum berangkat haji. Kondisi Prima juga sangat diperlukan saat di Arafah Mina (Armina).

Di bawah ini adalah beberapa foto saat kami melakukan Manasik (Latihan Fisik) di Balaikota Samarinda. Yang membawa megaphone adalah Bpk. Drs. H. Qomaruddin, beliau pembimbing Manasik Haji dari Yayasan Multazam Samarinda. Beliau memandu kami untuk melakukan simulasi Perjalanan Haji/Umroh. Terimakasih banyak Pak H. Qomar atas segala bimbingannya sehingga kami dapat memahami lebih baik Rukun dan Wajib Haji. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan kesehatan dan RahmatNYA kepada Bapak. Amien





Peta Makkah, Masjidil Haram dan Arafah

Peta lokasi sangat penting dimiliki oleh para Jemaah Haji/Umroh. Karena dengan bantuan peta ini kita dapat memperoleh gambaran posisi tempat tinggal kita (pemondokan) terhadap tempat-tempat penting lainnya. Dengan peta semua akan menjadi mudah (InsyaAllah). Berikut Peta Makkah, Masjidil Haram dan Arafah.




Rabu, September 17, 2008

Peta Kota Madinah Al Munawarah

Setiap Jamaah Haji/Umroh pastilah akan melakukan perjalanan ke Kota Madinah Al Munawarah untuk berziarah ke Makam Nabi Muhammad SAW dan melakukan sholat Arbain (40 waktu) di Masjid Nabawi. Selama berada di Madinah jamaah haji/umroh akan ditempatkan dipemondokan yang jaraknya bisa hanya beberapa meter dari Masjid Nabawi tetapi ada juga jemaah yang tinggalnya jauh dari Masjid Nabawi sehingga harus menggunakan taxi untuk pulang pergi. Dan tidak jarang harus berjalan kaki dan mencoba mencari jalan pintas agar cepat sampai ke pemondokan.

Untuk memudahkan Jamaah Haji/Umroh berikut Peta Kota Madinah Al Munawarah. Dalam Peta ini terlihat yang di tengah adalah Masjid Nabawi, kemudian tidak jauh dari Masjid Nabawi adalah Makam Al-Baqi dan terlihat juga beberapa tempat bersejarah yang termasuk dalam jadwal kunjungan Jemaah Haji/Umroh seperti Masjid Quba', Jabal Uhud, Masjid Qiblatayn.



Sabtu, September 13, 2008

Check List Barang Bawaan Jemaah Haji/Umroh

Sebagaimana biasa kalau kita melakukan perjalanan pastilah ada sejumlah barang yang mesti kita bawa demikian juga dengan perjalanan Ibadah Haji/Umroh. Berikut beberapa barang yang sebaiknya dibawa oleh para jemaah khususnya jemaah laki-laki meskipun sebenarnya barang-barang ini bisa dibeli saat di Madinah/Makkah.

1. Bantal Tiup
2. Tali Jemuran 5 meter
3. Senter Kecil
4. Peniti
5. Kain Ihram 2 stel
6. Baju Muslim/Koko 3 stel
7. Baju Gamis
8. Sarung 1 buah
9. Sandal Jepit 1 pasang
10. Sajadah Tipis 1 buah
11. Handuk Kecil 1 buah
12. Handuk Sedang 1 buah
13. Sabun Mandi Cair 1 buah
14. Shampo 1 buah
15. Pasta Gigi 1 buah
16. Sikat Gigi 1 buah
17. Sisir 1 buah
16. Kaos Putih Cina Swan Brand 6 buah
17. Celana Dalam 6 buah
18. Celana putih 3/4 2 buah
19. Celana Panjang 1 buah
20. Kopiah 1 buah
21. Obat-obatan pribadi
22. Notes + Pulpen
23. Al - Qur'an
24. Buku Dzikir dan Doa
25. Buku Pandua Haji dari Depag
26. Sabuk Hijau 1 buah (yang ada tempat guntingnya)
27. Lips Gloss 1 buah
28. Nivea 1 buah
29. Kantongan tempat batu kerikil 1 buah
30. Kantongan tempat sandal 1 buah
31. Beberapa Makanan (a.l : Mie gelas, Abon, sambal goreng tempe, bumbu pecel)
32. Masker (Dibagi saat di embarkasi oleh Depkes bersamaan obat-obatan)
33. Paspor
34. Buku Kesehatan
35. Surat Perintah Masuk Asrama Haji (SPMA)
36. Tas Pinggang 1 buah
37. Tas Gantung 1 buah (tempat Al-Qur'an, handuk kecil, celana dalam, sandal, dll)
38. Tas Paspor, Tas Jinjing, Koper (Dibagi oleh Bank)
39. Kaos Kaki 2 buah (antisipasi musim dingin)
40. Kecap Manis Kecil 1 buah
41. Gunting Kuku 1 buah
42. Ransel Sedang 1 buah (dipakai saat menuju Arafah, Muzdalifah, Mina)
43. Jepitan Jemuran.
44. Rinso Shaset
45. Handphone tanpa camera + Charger
46. Camera + Baterai + Charger
47. Kacamata 1 buah

Kamis, September 11, 2008

Sholat dan Dzikir selama Berhaji/Umroh

Perjalanan ibadah haji adalah perjalanan spiritual, perjalanan sakral yang harus dimaknai sebagai upaya dalam mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Seluruh aktifitas yang dilakukan merupakan rangkaian ibadah yang harus diupayakan dengan sangat kuat dan sungguh-sungguh dengan berharap Ridho dari Allah SWT. Untuk menjaga rasa sambung dengan Allah SWT maka kita harus memulainya dengan benar dan tertib cara Berwudlu, Sholat dan Dzikir yang sesuai dengan tuntunan Rasullulah SAW.

Selama berada berada di Tanah Suci jangan lupa untuk mengerjakan Sholat-sholat Sunah antara lain :

1. Sholat Rawatib
2. Sholat Dhuha
3. Sholat Tahiyyatul Masjid
4. Sholat Tahajjud
5. Sholat Tasbih
6. Sholat Taubat
7. Sholat Hajat

Satu hal lagi, yaitu Sholat Jenazah. Pelajari dengan baik Sholat Jenazah karena saat kita berada di Tanah Suci terutama saat di Masjidil Haram kita hampir selalu melakukan Sholat Jenazah setelah Sholat Fardhu. Dalam beberapa kesempatan Saya sempat menghitung jumlah jenazah yang dibawa keluar Masjid setelah selesai di sholatkan, rata-rata 3 jenazah dan akan bertambah pada puncak haji hingga 10 jenazah perhari.

Baca Al-Qur'an dan perbanyak dzikir disetiap kesempatan. Di Masjid Nabawi (Madina) dan di Masjidil Haram (Makkah) terdapat banyak sekali Al-Qur'an, hampir disetiap tiang terdapat rak-rak Al-Qur'an yang tersusun rapi dalam berbagai ukuran. Al-Qur'an ini tidak boleh dibawa pulang, hanya boleh dibaca ditempat. Untuk mempermudah pemberian tanda batas bacaan sebaiknya kita membawa Al-Qur'an sendiri.

Lakukan sujud syukur setiap kita tiba disuatu tempat, ini akan memberikan dorongan bathin yang sangat luar biasa. Ini akan menambah spirit dalam setiap langkah kita dalam beribadah.

Rabu, September 10, 2008

Persiapan Untuk Meraih Haji Mabrur

Haji Mabrur tidak dapat diperoleh hanya dengan modal materi yang cukup untuk ke Tanah Suci atau fisik yang kuat untuk melaksanakan setiap manasik haji. Tetapi harus dengan usaha yang luar biasa sungguh-sungguh dan persiapan yang matang MULAI HARI INI.

Beberapa hal yang harus dipersiapkan adalah :

1. KEMAUAN YANG KUAT DAN NIAT YANG IKHLAS

Haji tidak mungkin dapat dilaksanakan kecuali dengan kemauan yang kuat. Sementara ibadah haji juga tidak akan diterima Allah SWT kecuali dengan dengan niat yang ikhlas. Kemauan dan Keikhlasan adalah dua hal yang harus terus dijaga dan ditumbuhkan dalam hati, karena keduanya dapat berubah sewaktu-waktu.

2. HARTA YANG BERSIH

Allah itu baik dan tidak akan menerima kecuali yang baik. Bersihkan harta yang akan digunakan untuk melaksanakan ibadah haji.

3. KETAKWAAN YANG KUAT

Ketakwaan yang kuat adalah modal berhaji yang sangat penting, sampai-sampai Allah berpesan dalam konteks haji secara khusus "Berbekallah kamu dan sebaik-baik bekal adalah takwa" (Q.S. 2 : 197). Semakin kuat ketakwaan kita, maka semakin baik haji kita. Takwa adalah bekal yang tidak bisa dipersiapkan mendadak. Untuk memperkuat takwa di dalam diri dibutuhkan waktu dan usaha yang keras dengan berbagai ibadah dan usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT.

4. ILMU TENTANG MANASIK HAJI

Ibadah apapun termasuk haji tidak akan diterima Allah kecuali memenuhi dua syarat yaitu niat yang ikhlas dan pelaksanaan ibadah haji yang sesuai dengan tuntunan Rasullulah SAW. Maka pelajari dan pahami tuntunan pelaksanaan haji sesuai sunnah Rasullulah SAW sebelum berangkat haji.

5. ILMU TENTANG MAKNA AMALAN IBADAH HAJI

Ibadah haji akan menjadi ibadah yang kosong nilainya apabila kita laksanakan dengan tanpa memahami dan merasakan makna-makna yang terkandung di dalamnya. Satu indikasi penting kemabruran haji kita adalah bahwa kita dapat mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah haji pada kehidupannya sehari-hari setelah pulang haji. Ini tentunya tidak mungkin tercapai kalau kita tidak memahami nilai-nilai tersebut.

6. ILMU TENTANG HAL-HAL YANG MERUSAK IBADAH HAJI

Seperti Riya, Takabbur, Rafast, Fusuq, Jidal dan lain-lain. Ini sangat penting karena terkadang kita telah merasa melaksanakan ibadah dengan baik, namun ternyata dengan melakukan satu hal saja yang dilarang maka nilai ibadah kita menjadi kurang di hadapan Allah.

7. PEMBIMBING DAN TEMAN YANG BAIK DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH

Seluruh bekal di atas akan mudah disiapkan dan seluruh proses ibadah haji menjadi mudah dan nikmat apabila kita mendapatkan 2 hal yaitu :

Pertama :
Pembimbing ibadah yang sangat bertanggung jawab kepada Allah SWT, terhadap ibadah haji yang kita laksanakan, memativasi kita untuk dapat menyempurnakan ibadah hajinya bukan sebaliknya, membimbing kita untuk dapat memahami dan menanamkan makna-makna haji dalam diri kita sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua :
Teman yang mempunyai motivasi yang kuat untuk beribadah kepada Allah SWT. Teman yang baik akan mendorong kita menjadi baik. Teman yang malas akan membuat kita menjadi malas. Rasullulah SAW bersabda, seseorang akan mempunyai perilaku seperti temannya maka hendaknya setiap kamu memperhatikan siapa yang kamu jadikan teman.

Inilah diantara hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk memudahkan dalam melaksanakan ibadah haji untuk meraih Haji Mabrur. Persiapan ini akan sangat baik apabila dipersiapkan sejak dini, bila perlu MULAI SEKARANG. (Wallahu'alam, InsyaAllah).

Haji Mabrur

Dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah r.a., yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Muslim, Rasullulah SAW bersabda : " Barang siapa berhaji dan tidak melakukan rafats dan kefasikan maka ia telah kembali dari haji seperti seorang bayi yang baru dilahirkan ibunya ".

Dalam hadist lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim bahwa Rasullulah SAW bersabda : " Tidak ada balasan bagi Haji Mabrur kecuali Surga ". Atau dalam bahasa lain tidak ada yang pantas bagi seseorang yang memperoleh Haji Mabrur kecuali Surga.

Keutamaan Haji Mabrur tidak hanya berupa balasan dalam kehidupan akhirat, tetapi juga mempunyai pengaruh yang sangat luar biasa dalam kehidupan dunia seseorang yang mendapatkannya. "Seorang Haji Mabrur akan mengubah cara hidupnya kepada yang lebih baik dari kehidupannya sebelum berangkat ke Tanah Suci.

Haji Mabrur artinya haji yang melahirkan kebaikan-kebaikan. Karena itu dalam sebuah hadist riwayat Imam Ahmad, Rasullulah SAW ketika ditanya tentang apa itu Haji Mabrur, Beliau menjawab dengan menyebut beberapa contoh kebaikan yang mestinya lahir dari seorang haji. Rasullulah bersabda bahwa kemabruran itu diantaranya dengan memberi makan kepada yang membutuhkan dan menyebarkan salam kepada siapapun serta dalam riwayat lain disebutkan berkata yang baik dengan cara yang baik.

Para Ulama sepakat bahwa yang dimaksud perubahan ini bukan merupakan hasil yang serta merta pasti didapatkan setelah pulang berhaji. Sikap dan perilaku yang baik atau bahkan lebih baik dari sebelum berhaji merupakan hasil dari usaha yang sangat sungguh-sungguh mulai dari persiapan berangkat haji, selama pelaksanaan haji, sampai kembali dari tanah suci ke tanah air.

Tips :
Segera buat Check List atas hal-hal yang perlu diperbaiki pada diri anda, segera berkonsultasi kepada Ahli Agama (Para Ustadz).

Senin, September 08, 2008

Tandai Koper Haji


Salah satu kelengkapan penting bagi jamaah Haji adalah Koper pakaian. Koper jamaah haji Indonesia dibagikan melalui Bank tempat kita membayarkan ONH (Ongkos Naik Haji) bersamaan dengan tas jinjing dan tas paspor. Bentuk dan warna koper, tas jinjing dan tas paspor sama untuk seluruh jamaah haji Indonesia. Foto di atas adalah salah satu contoh koper dan penandaan yang kami buat untuk membedakan koper regu kita dengan koper regu/rombongan lain.


Dengan penandaan block cat warna merah tersebut akan membantu kita untuk mencari dengan cepat saat pembongkaran koper, baik saat di embarkasi, di Jedah, Madinah maupun Makkah. Sabuk warna orange kami peroleh dari yayasan tempat kami bergabung (Yayasan Multazam, pimpinan H. Qomaruddin), sabuk selain berguna sebagai tanda juga sebagai pengaman koper karena sejak tahun 2007 pihak Garuda melarang jamaah menggunakan jaring nilon sebagai pengaman koper dan melarang jamaah membawa bagasi selain 3 tas tersebut di atas. Alasan pastinya untuk menghindari menggelembungnya koper/beranaknya koper saat kepulangan ke Tanah Air. Tanda dari Departemen Agama biasanya dalam bentuk pita yang dibedakan antar rombongan dalam satu kloter. Ada berbagai tanda yang dibuat, di bawah ini salah satu contoh penandaan koper dari regu lain


Berikut foto tas paspor dan tas jinjing, tas warna merah adalah tas jinjing pembagian dari Yayasan Multazam tempat Saya Manasik Haji. Tas warna merah ini ternyata sangat praktis dan bermanfaat disamping diperbolehkan oleh Pihak Garuda. Saya memanfaatkan Tas ini untuk tempat Al-Qur'an, Buku Doa, Sajadah, Sandal dan Air Aqua sedang di kanan/kirinya.